Jumat, 31 Oktober 2014

Kisah Kita...Bagian Takdir Hidupku

Waktu terus berputar, berjalan, dan telah jauh berlalu, namun tak sedikitpun meninggalkan kisah kasih yang pernah terlewati. Pengalaman telah mengajarkanku untuk terus melangkah dengan keyakinan bahwa di depan sana nanti kesalahan, kesedihan, kesakitan akan tergantikan dengan satu kata yaitu "kebahagiaan". Bukan kebahagiaan yang akan menjemputku, tapi akulah yang harus menjemputnya dengan caraku dan kehendakNya.

Meskipun jiwa ini pernah seolah terhenti ketika harus menerima kenyataan yang menyedihkan, namun raga ini justru berusaha untuk menguatkannya, dan kaki kecil ini menuntunku untuk terus melangkah ke depan dengan penuh angan dan harapan meraih kebahagiaan. Kebahagiaan lain yang aku rasa memang pantas aku dapatkan. Dinding jiwa ini juga pernah runtuh berkeping-keping, menggugurkan semua harapan yang rasanya ingin sekali terwujudkan. Raga ini juga pernah seolah tak berdaya, bahkan untuk berdiri pun rasanya tak kuasa.

Tak ada seorang pun yang mungkin mengetahui betapa hancurnya jiwa dan raga ini menerima apa yang tidak pernah ingin diterima, melihat apa yang tidak pernah ingin dilihat, merasakan apa yang tidak pernah ingin dirasakan. Sebagai seorang wanita, takkan ada hal yang bisa dilakukannya selain menangis. Rasanya tidak adil, harapan dan impian besar yang ingin sekali bisa terwujud, harus terhenti.

Semua terluapkan oleh tangisan yang justru pada akhirnya menyadarkanku arti "keikhlasan dan kesabaran". Kenyataan itu mengajarkan jiwa dan ragaku untuk kuat menghadapinya. Hati kecil ini menyapaku bahwa...inilah skenario indah yang Allah SWT tulis dalam lembar-lembar takdir hidupku. Skenario yang tentunya memanglah yang terbaik untuk hidupku, meskipun aku harus merasakan sakit. Skenario Allah SWT ini juga yang menjadi sumber kekuatan jiwaku bahwa tidak semua rencana, impian dan harapan yang pernah aku inginkan bisa selalu aku dapatkan, tidak juga menggantungkan impian dan harapanku pada seseorang.

Bagiku cukup Allah SWT satu-satunya tempat aku menggantungkan seluruh takdir di hidupku, dan cukuplah takdir itu menjadi satu-satunya alasan penyebab bertemunya kamu dan aku sekaligus penyebab berpisahnya kamu dan aku.