Semua orang tentunya ingin selalu dalam keadaan sehat. Banyak juga yang mengatakan jika sehat itu mahal. Sehat itu sebenarnya mudah kita dapatkan, jika terus menjaga keadaan diri baik fisik maupun psikis. Nikmat sehat akan lebih kita rasakan terlebih ketika mengalami sakit. Yang hanya menimbulkan keresahan, misalnya susah tidur, nafsu makan berkurang, indera perasa menjadi terganggu, aktivitas yang seharusnya dilakukan karena sedang tidak sehat akhirnya terbengkalai. Itulah sepintas mengenai sehat yang biasanya terjadi atau dikemukakan oleh masyarakat pada umunya. Bicara soal sebuah materi pembahasan, kebanyakan biasanya di awali dengan sejarah yang melatarbelakanginya. Mari kita simak beberapa materi dibawah ini.
Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental
Disini, kesehatan mental awal mulanya adalah sebuah ide Marie Jahoda tahun 1958. Menurutnya kesehatan mental adalah orang yang sehat mentalnya mempunyai penyesuaian dan kelenturan dalam menghadapi hidup. Dalam bahasa Inggris isitilah “health” adalah sehat atau kesehatan. Sehat merupakan kondisi atau keadaan dari subjek sedangkan kesehatan menjelaskan tentang sifat dari subjek. Sejarah kesehatan mental semakin lama mengalami perubahan setelah perang dunia II. Perhatian masyarakat mengenai kesehatan jiwa semakin bertambah. Kesehatan mental bukan suatu hal yang baru bagi peradaban manusia. Gangguan mental itu sudah terjadi sejak awal peradaban manusia dan sekaligus telah ada upaya-upaya mengatasinya sejalan dengan peradaban.
Zaman dahulu banyak beredar kepercayaan atau mitos yang salah mengenai penyakit mental, ada yang percaya bahwa penyakit mental disebabkan oleh gangguan roh jahat, ada yang menuduh bahwa akibat guna-guna karena kutukan atau hukuman atas dosanya. Kepercayaan yang salah ini hanya akan merugikan penderita dan keluarganya karena penderita penyakit jiwa tidak mendapat pengobatan secara cepat dan tepat sehingga para penderita penyakit mental dimasukkan dalam penjara-penjara dibawah tanah atau dihukum atau diikat dengan rantai besi. Namun seiring zaman yang semakin maju dan perkembangan ilmu pengetahuan Philippe Pinel di Perancis dan William Tuke dari Inggris mengadakan perbaikan dalam menanggulangi orang-orang yang terganggu mentalnya ini. Lalu mereka dikenal dengan masa-masa pra ilmiah karena usaha dan praktik yang mereka lakukan tanpa adanya teori-teori yang dikemukakan.
Konsep sehat dan kesehatan merupakan dua hal yang hampir sama tapi berbeda. Konsep sehat menurut Parkins (1938) adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya. Organisasi kesehatan dunia (WHO) pun mengembangkan definisi tentang sehat. Pada sebuah publikasi WHO tahun 1957, konsep sehat didefinisikan sebagai suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang berfungsi secara wajar dengan segala faktor keturunan dan lingkungan yang dimiliki. Kondisi sehat emisonal, psikologis, dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, kondisi diri yang positif, serta kestabilan emosional. (Johnson, 1997). Jika kebanyakan sesuatu yang ingin kita kerjakan itu memerlukan konsep sebelum memulainya, hal tersebut juga berlaku demikian untuk hidup sehat yang diharapkan oleh semua individu. Dengan konsep segalanya akan lebih terarah dan kita pun bisa mengetahui apa saja yang harus dilakukan kedepannya untuk sebuah tujuan yang baik bagi kehidupan.
Orang yang sehat mentalnya bukan berarti tidak mengalami penyakit maupun gangguan mental, melainkan orang yang mampu kembali ke kehidupan sebelum ia mengalami tekanan yang berat dalam hidupnya. Artinya orang yang sehat adalah orang yang mampu menghadapi segala kemungkinan yang bisa saja terjadi pada dirinya, dan mampu bangkit dari keterpurukan. Pandangan beberapa tokoh juga mengatakan bahwa konsep kepribadian yang sehat sangat penting. Isinya sulit, menantang dan kompleks, penuh dengan hal-hal yang tidak diketahui dan kebenaran-kebenaran setengah-setengah dan sudah pasti merupakan suatu mode dan khayalan. Menurut Undang-Undang Kesehatan No.36 tahun 2009, “sehat merupakan keadaan sempurna baik fisik, mental, dan sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat, serta produktif secara ekonomi dan sosial”. Dengan kata lain kesehatan mencakup 4 aspek, diantaranya: fisik (badan), mental (jiwa), sosial dan ekonomi.
- Kesehatan Fisik
Apabila seseorang tidak merasa sakit atau tidak adanya keluhan, semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak ada gangguan fungsi tubuh.
- Kesehatan Mental (Jiwa) mencakup 3 komponen: pikiran, emosional, dan spiritual
- Pikiran, apabila seseorang mampu berpikir logis (masuk akal), atau berpikir secara runtut.
- Emosional, kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya. Misalnya takut, gembira, khawatir, sedih, dan sebagainya.
- Spiritual, dilihat dari praktik keagamaan, keyakinan atau kepercayaan sesuai dengan agama yang dianut. Dengan kata lain sehat spiritual adalah apabila orang melakukan ibadah dan aturan-aturan agama yang dianutnya.
- Kesehatan Sosial
Apabila seseorang mampu berhubungan atau berkomunikasi dengan orang lain secara baik, atau mampu berinteraksi dengan orang atau kelompok lain tanpa membedakan ras, suku, agama, dll.
- Kesehatan Ekonomi
Produktif dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong secara finansial terhadap hidunya sendiri atau keluarganya.
Keadaan bisa dikatakan sehat jika mencukupi akan keempat aspek yang telah tertera di atas. Pola hidup sehat sebaiknya tertanam sejak dini, dengan begitu anak telah terlatih untuk melakukan segala sesuatunya dalam proses perkembangannya secara runtut dan teratur. Pekembangan itu sendiri melalui beberapa proses, dan tidak sedikit mengalami hambatan baik dari faktor internal maupun eksternal. Memerlukan kontrol dan pengarahan yang baik tentunya, agar perkembangan tersebut berlangsung sesuai dengan tahap-tahap yang seharusnya dijalankan. Kepribadian yang terlihat bisa dikatakan akibat dari perkembangan yang di alami seseorang. Apa yang terjadi merupakan apa yang telah ia dapatkan dari proses perkembangan, yang pada akhirnya membentuk kepribadian dirinya.
Selain yang telah dijelaskan diatas, kesehatan juga memiliki beberapa dimensi. Maslow dan Mittlemenn (dalam notosoedirjo & Latipun, 2005) menguraikan pandangannya mengenai prinsip-prinsip kesehatan mental, yang menyebutnya dengan manifestation of psychological health. Maslow menyebut kondisi yang sehat secara psikologis itu dengan istilah self actualization sekaligus sebagai puncak kebutuhan dari teori hierarki kebutuhan yang disusunnya. Manifestasi mental yang sehat (secara psikologis) menurut Maslow dan Mittlemenn tercermin dari kesebelas dimensi kesehatan mental yakni adalah sebagai berikut:
- Adequate feeling of security (rasa aman yang memadai),
- Adequate self evaluation (kemampuan menilai diri sendiri yang memadai),
- Adequate spontaneity and emotionality (memiliki spontanitas dan perasaan yang memadai dengan orang lain),
- Efficient contact with reality (mempunyaikontak yang efisien dengan realitas),
- Adequate bodily desire and ability to gratify them (keinginan-keinginan jasmani yang memadai dan kemampuan untuk memuaskannya),
- Adequate self knowledge (mempunyai kemampuan pengetahuan yang wajar),
- Integration and consistency of personality (kepribadian yang utuh dan konsisten),
- Adequate of life goal (memiliki tujuan hidup yang wajar),
- Ability to learn from experience (kemampuan belajar dan pengalaman),
- Ability to satisfy to requirements of the group (kemampuan memuaskan tuntutan kelompok),
- Adequate emancipation for the group or culture mempunyai emansipasi yang memadai dari kelompok atau budaya).
Teori Perkembangan Kepribadian Freud
Menurut Freud, kepribadian tersusun dari tiga sistem pokok, yakni: id, ego, dan superego. Pertama, id merupakan segala sesuatu yang secara psikologis diwariskan dan telah ada sejak lahir, termasuk insting-insting. Kedua, ego disebut eksekutif kepribadian karena ego mengontrol pintu-pintu ke arah tindakan, memilih segi-segi lingkungan mana ia akan memberikan respons dan memutuskan insting. Ketiga, superego adalah perwujudan internal dari nilai-nilai dan cita-cita tradisional masyarakat. Selain itu juga, superego memiliki beberapa fungsi pokok, diantaranya: (1) merintangi impuls-impuls id, terutama impuls-impuls seksual dan agresif, (2) mendorong ego untuk menggantikan tujuan-tujuan realistis dengan tujuan-tujuan moralistis, (3) mengejar kesempurnaan. Selain struktur kepribadian diatas, Freud juga menjelaskan beberapa tahap-tahap perkembangannya. Tahap-tahap tersebut diantaranya adalah:
(1) Oral, sumber kenikmatan pokok yang berasal dari mulut dan makan,
(2) Anal, pengeluaran feses menghilangkan sumber ketidaknyamanan dan menimbulkan perasaan lega,
(3) Phalik, perasaan-perasaan seksual dan agresif berkaitan dengan mulai berfungsinya organ-organ genital,
(4) Laten, waktu yang relatif tenang antara tahapan-tahapan yang lebih bergejolak,
(5) Genital, individu mendapatkan kepuasan dari stimulasi dan manipulasi tubuhnya sendiri.
Dengan kata lain, Freud berpendapat bahwa kepribadian telah cukup terbentuk pada akhir tahun kelima, dan bahwa perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan elaborasi terhadap struktur dasar itu. Dan kepribadian berkembangan sebaga respons terhadap empat sumber tegangan pokok, yakni: (1) proses-proses pertumbuhan fisiologis, (2) frustasi-frustasi, (3) konfilik-konflik, dan (4) ancaman-ancaman. Lebih jelasnya lagi, kepribadian yang terbentuk melalui masa kanak-kanak yang tidak disadari menimbulkan konflik antara berbagai dorongan id bayi dan tuntutan hidup yang beradab. Berbagai konflik ini muncul dalam rangkaian yang selalu sama dari lima tahapan perkembangan psikoseksual, dimana kesenangan sensual beralih dari satu daerah tubuh ke yang lain.
Teori Perkembangan Kepribadian Erikson
Kini beralih pada pendapat dari Erikson mengenai perkembangan kepribadian. Erikson berpendapat bahwa setiap anak memiliki jadwal waktunya sendiri, karena itu akan menyesatkan kalau ditentukan lama berlangsungnya secara eksak masing-masing untuk setiap tahap. Setiap tahap tidak dilewati dan kemudian ditinggalkan, masing-masing tahap ikut serta dalam membentuk seluruh kepribadian. Dan kepribadian itu memiliki beberapa tahap didalamnya, diantaranya adalah:
(1) Kepercayaan Dasar vs Kecurigaan Dasar
Ditunjukkan oleh bayi lewat kapasitasnya untuk tidur tenang, menyantap makanan dengan nyaman, dan membuang kotoran dengan santai.
(2) Otonomi vs Perasaan Malu dan Keragu-raguan
Anak mempelajari apakah yang diharapkan dari dirinya, apakah kewajiban-kewajiban dan hak-haknya disertai apakah pembatasan-pembatasan yang dikenakan pada dirinya.
(3) Inisiatif vs Kesalahan
Inisiatif bersama-sama dengan otonomi memberikan kepada anak suatu kualitas sifat mengejar, merencanakan, serta kebulatan tekad dalam menyelesaikan tugas-tugas dan meraih tujuan-tujuan.
(4) Kerajinan vs Inferioritas
Anak harus belajar mengontrol imajinasinya yang kaya, dan mulai menempuh pendidikan formal.
(5) Identitas vs Kekacauan Identitas
Individu mulai merasakan suatu perasaan tentang identitasnya sendiri, perasaan bahwa ia adalah manusia unik.
Mendambakan hubungan-hubungan yang intim-akrab, dan persaudaraan, serta siap mengembangkan daya-daya yang dibutuhkan untuk memenuhi komitmen-komitmen.
(7) Generativias vs Stagnasi
Perhatian terhadap apa yang dihasilkan, keturunan, produk-produk, ide-ide, dan sebagainya.
(8) Integritas vs Keputusasaan
Orang yang telah mencapai suatu keadaan integritas menyadari berbagai gaya hidup orang-orang lain, namun dengan bangga ia memelihara gaya hidupnya sendiri dan mempertahankannya dari berbagai potensi ancaman.
Menurut Erikson, kedelapan tahapannya tersebut sebagai suatu krisis dalam hal kepribadian. Pokok pikiran psikososial yang terutama penting pada masanya dan akan tetap menjadi sebuah persoalan pada kadar tertentu sepanjang sisa hidup. Persoalan-persoalan ini yang timbul berdasarkan jadwal waktu kematangan, harus diselesaikan secara memuaskan untuk perkembangan ego yang sehat.
Tentunya jika kondisi fisik maupun psikis dalam keadaaan baik atau sehat, segalanya berlangsung secara baik pula. Kepribadian yang sehat bisa terlihat dari kemampuan menilai diri sendiri secara realistis. Mampu menerima kekurangan maupun kelebihan yang telah ada. Perlunya tanggungjawab diiringi keyakinan akan kemampuan mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya. Dalam mengatasinya juga diperlukan adanya kemandirian, baik berpikir, bertindak, maupun mengambil keputusan. Tidak membebani orang lain, melainkan menyelesaikan segalanya sendiri. Selain itu juga jika hadapkan dengan berbagai masalah, emosi yang muncul mampu dikendalikan dan memandang hal tersebut secara positif. Dan yang paling berharga adalah situasi kehidupan yang diwarnai dengan kebahagiaan.
Notoatmodjo, Soekidjo.2010.Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi.Rineka Cipta:Jakarta.
Direja, Surya A.H.2011.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.Nuha Medika:Yogyakarta.
Hall, Calvin S. & Lindzey, Gardner. 1993.Teori-Teori Psikodinamik (Klinis).Kanisius:Yogyakarta.
Papalia, Olds, Feldman.2009.Human Development.Salemba Humanika:Jakarta.
Schultz, Duane.1991.Psikologi Pertumbuhan Model-Model Kepribadian Sehat.Kanisius:Yogyakarta.